Selasa, 13 Desember 2016
makalah kedudukan dua buah bidang
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 latar
belakang
Sebuah
bidang difikirkan sebagai suatu himpunan titik berderet dan berjajar secara
rapat dan tak terbatas, tetapi tidak
memiliki ketebalan. Permukaan sebuah meja, atau permukaan selembar kertas putih
polos, yang dibentang ke segala arah tak terbatas, dapat difikirkan sebagai
model fisik sebuah bidang. Sebuah bidang direpresentasikan dengan,gambar sebuah
jajargenjang, dan nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah huruf kapital
atau huruf Yunani.(Karso,2010)
Dalam
geometri bidang atau geometri dimensi-2 perhatian kita pada dua dimensi, yaitu
dimensi-1 dan dimensi-2. Ketika kita mempelajarinya, imajinasi kita pada
selembar kertas tipis yang terhampar tak terbatas. Dalam geometri bidang,
setiap objek geometri terdapat pada sebuah bidang. Sedangkan dalam geometri
ruang atau geometri dimensi-3 imajinasi kita tidak hanya pada selembar kertas
tersebut, namun juga ruang yang terbuka
tak terbatas. Dalam geometri ruang, setiap objek geometri terdapat dalam
suatu bidang atau lebih, dan dalam
sebuang ruang. Alam yang luasnya tak-berhingga, tempat kita hidup, merupakan
ruang yang dimaksud. Ruangan yang Anda tempati untuk mengikuti kuliah merupakan
ruang yang terbatas.(murdanu,2009)
1.2 Adapun
yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. apa
pengertian bidang,dua bidang sejajar,dan
bidang berpotongan
2. bagaimana
kedudukan dua buah bidang
3. bagaimana
jarak bidang sejajar
4. bagaimana
contoh bidang sejajar dan berpotongan
1.3 Adapun
tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. untuk
mengetahui pengertian bidang,dua bidang sejajar dan bidang berpotongan
2. untuk
mengetahui kedudukan dua buah bidang
3. untuk
mengetahui contoh bidang sejajar dan berpotongan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian bidang, bidang sejajar ,dan bidang berpotongan
1.
Pengertian bidang
Bidang adalah himpunan garis-garis yag
anggotanya terdiri dari lebih dari satu buah garis.
Bidang mempunyai
ukuran panjang dan lebar serta diberi nama dengan menyebutkan titik-titik sudut
dari bidang tersebut atau memakai huruf dan
seterusnya. Pada gambar dibawah ini
diperlihatkan dua buah bidang yaitu bidang dan
ABCD .
Gambar 1
(Mafia,2013)
2.
Dua bidang sejajar
Dua bidang dikatakan sejajar, jika
kedua bidang tersebut tidak mempunyai
satupun itik persekutuan, seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.Dua Bidang Sejajar
3. Dua
bidang berpotongan
Dua bidang di katakan
berpotongan,jika kedua bidang tersebut mempunyai sebuah garis persekutuan
seperti gambar di bawah ini
Gambar 3.Bidang Berpotongan
{mafia,2014)
2.2 Kedudukan dua buah
bidang
Jika
ada dua buah bidang, maka kejadian yang dapat terjadi, yaitu: kedua bidang
tersebut berpotongan
atau kedua bidang tersebut saling sejajar.
Dua buah bidang dan dikatakan berpotongan, jika keduanya bersekutu
tepat pada
sebuah garis. Garis persekutuan
tersebut dinamakan garis potong antara bidang dan
bidang ; dilambangkan dengan garis ( , ). Perhatikan Gambar 1 !
Dengan demikian garis ( , ) merupakan himpunan semua titik yang terletak
pada
bidang
dan juga pada bidang .
Dua buah bidang, dan , dikatakan sejajar, jika keduanya tidak
bersekutu pada satu
titik pun. Perhatikan
Gambar 2 !
Gambar 4.Kedudukan Dua Buah Bidang
(karso,2010:78)
2.3 jarak dua bidang
sejajar
Dua
bidang yang saling berpotongan mempunyai jarak 0. Jadi, jarak
antara
dua bidang hanya dapat dicari jika keduanya sejajar.
Langkah-langkah
untuk menentukan dua bidang yang sejajar U dan V:
1) Bangun
garis m, 𝑚
⊥ , 𝑚 ⊥
.
2) Misalkan D
adalah titik tembus garis m pada bidang
U, E titik tembus
garis m pada bidang V.
3) Jarak
antara bidang U dan V adalah panjang ruas garis DE.
Contoh:
Kubus ABCD.EFGH mempunyai rusuk yang
panjangnya 4 cm.
Lukiskan dan
hitunglah
jarak AFH dan BDG.
Pembahasan:
a. Jarak bidang AFH dan BDG
Penyelesaian:
1) Lukis bidang AFH dan BDG. Garis CE ⊥ AFH, CE ⊥ BDG.
2) Misalkan CE menembus AFH di T1 dan menembus
BDG di T2. Jarak
AFH
ke BDG = T1T2.
Jarak antara
bidang U
dan bidang V yang saling sejajar satu sama lain adalah
panjang ruas .garis DE, dimana D
adalah sebuah titik sebarang pada bidang
U dan E
merupakan proyeksinya pada bidang V.
Gambar
5.Jarak Antara Dua Bidang
Langkah-langkah untuk menentukan dua
bidang yang sejajar U dan V:
(1) Bangun garis m, 𝑚 ⊥ , 𝑚 ⊥
.
(2) Misalkan
D adalah titik tembus garis m pada
bidang U, E titik tembus
garis
m pada bidang V.
(3) Jarak antara bidang U dan V adalah panjang
ruas garis DE.
Contoh:
Kubus ABCD.EFGH mempunyai rusuk yang
panjangnya 4 cm.
Lukiskan dan
hitunglah
jarak AFH dan BDG.
Pembahasan:
Jarak bidang AFH dan BDG
Penyelesaian:
1) Lukis bidang AFH dan BDG. Garis CE ⊥ AFH, CE ⊥ BDG.
2) Misalkan CE menembus AFH di T1 dan menembus
BDG di T2. Jarak
AFH
ke BDG = T1T2.
3) Perhatikan
∆ EPT1 dan ∆ CAT1.
4) Perhatikan
∆ EPT1 dan ∆ CAT1. (Sd
S Sd) sehingga
Akibatnya, ET1
5)
Perhatikan ∆ EPT1 dan ∆ CAT1. ∆ EPT1 ≅ ∆ CAT1
(Sd S Sd) sehingga
Jadi, jarak bidang AFH dan BDG =
(http;wordpress.com)
2.4
contoh soal bidangsejajar dan berpotongan
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada gambar
di bawah ini.
a. Sebutkan
tiga pasang bidang yang sejajar.
b. Sebutkan
dua pasang bidang yang berpotongan.
Penyelesaian;
a. Bidang
ABCD sejajar dengan bidang EFGH,bidang ABFE sejajar dengan ,bidang CDHG,dan
BCGF sejajar dengan bidang ADHE.
b. Bidang
ABGH berpotongan dengan bidang CDEF dan bidang BCHE
berpotongan dengan bidang ADGF.
BAB
III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Bidang terdapat di sebuah bangun ruang
yang memiliki garis untuk membentuk bidang. Sebuah bidang
ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik titik terletak di luar garis sebuah
bidang ditentukan oleh dua buah garis berpotongan.Konsep bidang akan di pahami jika sudah memahami
konsep garis . Konsep garis juga akan dipahami jika juga memahami konsep titik
jadi konsep-konsep ini sangat berpengaruh dalam membuat ruang.
3.2 Saran
Dalam menentukan
sebuah bidang kita harus mengetahui terlebih dahulu titik dan jaraknya.jarak
tersebut di batasi sebuah garis.
DAFTAR PUSTAKA
Karso.dkk.2010.Materi kurikuler matematika Sma.jakarta:universitas
terbuka
Mafia.2013.PengertianBidang
http;//www.mafia.mafiaol.cpm
murdanu.staf.uny.ac.id
mafia.2014.kedudukan-dua-buah-bidang.html
H.karso,dkk,materi kurikuler
matematika SMA,2010,Hal.78
diakses 15.mei 2016.jam 08.00 WIB.
Rabu, 07 Desember 2016
MAKALAH MODEL MODEL PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam
membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma
pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung
berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi
pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta
didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan
matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi
pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau
tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan
pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta
didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan
sumber-sumber belajar yang ada.
1.2 rumusan masalah
·
apa saja model model pembelajaran?
1.3 tujuan
·
Untuk mengetahui model model pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INTRUCTION)
Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya
bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru
harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan
kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru
sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang
menarik bagi siswa.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.Fase
persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang
diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini
termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan
pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan
pemberian umpan balik tertentu, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari
kedalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat
pada table 1.
TABEL 1.
SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
|
PRILAKU
GURU
|
FASE 1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran
ini, mempersiapkan siswa untuk belajar
|
FASE 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap
|
FASE 3
Membimbing
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
|
FASE 4
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mencek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
FASE 5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
|
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat
hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap
detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan
jadwal pelatihan juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan
siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama
melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana.
Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa
humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan member harapan
tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Langkah-langkah
pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola
pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan
langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi
mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
2.
Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan
jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka
perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan
serta dalam pelajaran.
3.
Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini
merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau
demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan
demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan
mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
4.
Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang
jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses
belajar mengajar.
5.
Melakukan demonstrasi, Pengajaran
langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil
belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku
orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial
and error.”
6.
Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk
menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan
sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap
tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala
sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
7.
Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar
diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
8.
Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu
tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan
melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam
pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan
lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang
baru.
2.2
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
Cooperative
learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam
kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya,
seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman,
berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang
berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam
kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya
dan memberikan respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas
kelompok, masing-masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk
didiskusikan dengan seluruh siswa.
Berikut ini model
pembelajaran yang dapat mewakili model-model cooperative learning
1.
Student teams achievement division (STAD)
a) Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Guru
memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan
diperoleh skor awal.
c) Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan
kesetaraan jender.
d) Bahan materi
yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi
dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
e) Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f)
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g) Guru memberi
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
2.
Jigsaw (model tim ahli)
a) Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk.
Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan
setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan
jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa
diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
Misal suatu
kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan
8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan
kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam
diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang telah diperoleh
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
b) Setelah
siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c) Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d) Guru
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya (terkini).
e) Materi
sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
f)
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi
baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3.
Group investivigation go a round (infvestigasi kelompok)
Langkah-langkah:
a)
Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa
b)
Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
c)
Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
4.
Think pair and share
Langkah-langkah:
a)
Guru menyampaikan inti materi
b)
Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
c)
Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
d)
Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan
yang belum diungkap siswa
e)
kesimpulan
5.
Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
a)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok
untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa
kartu jawaban)
b)
Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang.
c)
Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban)
d)
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
e)
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
f)
Kesimpulan.
6. Pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a) Guru menyampaikan
materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai.
b) Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c) Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d) Guru
mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e) Guru
mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok
untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan
wakil jawaban dari kelompok.
f)
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g) Guru
memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h) Guru memberi
penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
7. Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated
Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a) Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b) Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c) Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin,
anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender.
d) Hasil
belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e) Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f)
Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g) Guru memberi
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
8. Model
pembelajaran Bertukar Pasangan
Model pembelajaran bertukar pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan
lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.Langkah-langkah pembelajarannya :
a)
Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
b)
Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
c)
Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang
lain.
d)
Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
e)
Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
f)
Kesimpulan.
g)
Penutup.
9. Model
pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu
Model
pembelajaran two stay two stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan
hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara
saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi
informasi.Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
a)
Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
b)
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang
lain.
c)
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka.
d)
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
e)
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
f)
Kesimpulan..
10. Pair Check
Satu lagi
Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan
memberi penilaian.Langkah-langkah
Pembelajarannya sebagai berikut :
a)
Bekerja Berpasangan
Guru
membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan
mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam
menilai.
b)
Pelatih Mengecek
Apabila
patner benar pelatih memberi kupon.
c)
Bertukar Peran
Seluruh
patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
d)
Pasangan Mengecek
Seluruh
pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
e)
Penegasan Guru
Guru
mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
11. Model
Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat dalam mengembangkan Kecakapan
Komunikasi
Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat merupakan pengembangan dari Think-pair-share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan Think-pair-square oleh Spencer Kagan. Anita Lie (Lie,2002:56) mengkombinasikan kedua teknik tersebut menjadi teknik berpikir-berpasangan-berempat sebagai struktur pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberikan pada kesempatan lebih banyak siswa untuk mengapresiasikan dirinya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan tingkatan usia anak didik.
Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat merupakan pengembangan dari Think-pair-share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan Think-pair-square oleh Spencer Kagan. Anita Lie (Lie,2002:56) mengkombinasikan kedua teknik tersebut menjadi teknik berpikir-berpasangan-berempat sebagai struktur pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberikan pada kesempatan lebih banyak siswa untuk mengapresiasikan dirinya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan tingkatan usia anak didik.
Think-pair-share
adalah suatu strategi pembelajaran yang tumbuh dari penelitian pembelajaran
kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus yang diuraikan mula-mula oleh
Frank Lyman dan kawan-kawan dari universitas Maryland pada tahun 1985 ini
merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskursus didalam kelas.
Menurut Arends dalam Alhadi (2006:12) Strategi ini menentang ansumsi bahwa
seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan didalam setting seluruh kelompok
serta memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu orang sama
lain.
Strategi Think-pair-square yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:
Strategi Think-pair-square yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:
Tahap 1 :
Thingking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan
dengan palajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu
tersebut secara mandiri beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.
Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru
meminta pasangan siswa untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi
yang tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh
kelas.
Adapun prosedur pembelajaran kooperatif tipe Berpikir-Berpasangan-Berempat adalah sebagai berikut :
Adapun prosedur pembelajaran kooperatif tipe Berpikir-Berpasangan-Berempat adalah sebagai berikut :
a) Guru membagi
siswa kedalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang dengan
pengelompokkan heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya dan jenis
kelaminnya.
b) Guru
memberikan LKS kepada masing-masing siswa,
c) Dalam
pengerjannya, mula-mula siswa diminta bekerja sendiri-sendiri lalu berpasangan
dengan salah satu teman kelompoknya dan selanjutnya dengan kelompok berempat.
d) Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan LKS, kemudian siswa
diminta untuk memikirkan jawabannya secara mandiri beberapa saat. Lalu kembali
berpasangan dengan salah satu teman kelompoknya dan berdiskusi untuk meyakinkan
jawabannya. Setelah beberapa waktu siswa diminta kembali kedalam kelompok
berempatnya dan berbagi jawaban serta berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam
mencari jawaban terbaik.
e) Guru
memanggil salah satu kelompok atau perwakilannya untuk ke depan kelas dan
memberikan kesimpulan jawaban yang telah disepakati kelompoknya dan ditanggapi
oleh seluruh siswa sampai ditemukan suatu kesimpulan.
12. Tipe
Berkirim Salam dan Soal
Menurut
Subandriyo (2006) tipe berkirim salam dan soal merupakan strategi yang
bertujuan untuk mensiasati agar semua terlibat aktif guna memperoleh pengalaman
belajar nyata yang menyenangkan. Selain itu, tipe berkirim salam dan soal
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka.
Dalam tipe
berkirim salam dan soal siswa diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan
terhadap materi yang akan dibahas pada hari itu. Dengan demikian, mereka lebih
terdorong untuk belajar karena nantinya mereka akan bertukar soal dan menjawab
pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain.
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan tipe berkirim salam dan soal
menurut Irmaika (2009) adalah sebagai berikut :
a) Guru
menentukan topik yang akan dibahas.
b) Guru
menyampaikan materi secara interaktif untuk memunculkan pertanyaan yang
terfikirkan oleh siswa.
c) Guru membagi
siswa dalam kelompok dan disetiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa
pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain dan menciptakan sapaan dan sorak
khas kelompok.
d) Masing-masing
kelompok mengirimkan utusan yang akan memberikan soal dan menyampaikan salam
(sapaan dan sorak khas).
e) Setiap
kelompok mengirimkan soal kiriman dari kelompok lain.
f)
Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban
kelompok yang membuat soal.
g) Di akhir
pelajaran, guru memberikan penegasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
muncul.
13. Tipe Kepala
Bernomor
Tehnik belajar
mengajar kepala bernomor dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor, yaitu :
a)
Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b)
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya, siswa nomor 1
bertugas menyebutkan nama bendanya, siswa nomor 2 betugas menyebutkan warnanya,
siswa nomor 3 menyebutkan bentuknya, siswa nomor 4
14. Kepala
Bernomor Struktur
Model
Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari model
pembelajaran Numbered Heads Together. Perbedaan
yang mendasar antara keduanya adalah pada penugasan dan masuk keluarnya
anggota kelompok.Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
a)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
b)
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa. Siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor urut 1 sampai 4.
c)
Guru memberi tugas siswa, penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas
mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya.
d)
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar
dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari
kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
e)
Melaporkan hasil kerja kelompok dan tanggapan dari kelompok yang lain.
f)
Kesimpulan.
15. Model
Pembelajaran Snowball Throwing
Model
Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan
dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu
kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model
pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang
diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain.
Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya.Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
a)
Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin
dicapai.
b)
Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c)
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d)
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok
e)
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
f)
Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian
g)
Evaluasi.
h)
Penutup.
16. Bola Salju
(Snowballing)
Dinamakan
metode snow balling dikarenakan dalam pembelajaran siswa melakukan tugas
individu kemudian berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian mencari pasangan
yang lain sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar bagai bola salju
yang menggelinding.
Metode ini
digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari siswa secara
bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil berangsur-angsur kepada
kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga
jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara kelompok.Langkah-langkah
penerapan:
a)
Sampaikan topik materi yang akan diajarkan.
b)
Minta siswa untuk menjawab secara berpasangan.
c)
Setelah siswa yang bekerja berpasangan tadi mandapatkan jawaban, pasangan tadi
digabung dengan pasangan di sampingnya. Dengan demikian terbentuk kelompok yang
beranggotakan 4 orang.
d)
Kelompok berempat ini bekerja mengerjakan tugas yang sama seperti dalam
kelompok 2 orang. Tugas ini dapat dilakukan dengan membandingkan jawaban
kelompok 2 orang dengan kelompok 2 orang lainnya. dalam kegiatan ini perlu
dipertegas bahwa jawaban harus disepakati oleh semua anggota kelompok yang
baru.
e)
Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok
digabung lagi dengan kelompok berempat lainnya. Dengan demikian sekarang setiap
kelompok baru beranggotakan 8 orang.
f)
Yang dikerjakan pada kelompok baru ini sama dengan tugas pada langkah ke-4 di
atas. Langkah ini dapat dilanjutkan sesuai dengan jumlah siswa dan waktu yang
tersedia.
g)
Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.
h)
Guru akan membandingkan hasil dari masing-masing kelompok kemudian memberikan
ulasan-ulasan yang dianggap perlu.
17. Model Pembelajaran
Round Club Atau Keliling Kelompok
Model
Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep.
Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5
orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi,
serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.Langkah-langkah pembelajaran
a)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar
b)
Guru membagi siswa menjadi kelompok
c)
Guru memberikan tugas atau lembar kerja
d)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
e)
Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
f)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum
jam atau dari kiri ke kanan
18. Model
Pembelajaran Model Picture and Picture
Langkah Model Pembelajaran Model Picture and Picture
a)
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b)
Menyajikan materi sebagai pengantar
c)
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
d)
Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e)
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f)
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
g)
Kesimpulan/rangkuman
19. Lingkaran Besar
Dan Lingkaran Kecil (Inside – Outside – Circle)
Langkah-langkah
:
a)
Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
b)
Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap
ke dalam
c)
Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan
d)
Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e)
Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya
20. Bercerita
Berpasangan
Tahap-tahap
pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain
a)
Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
b)
Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai
topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa
menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai
topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan
skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam
kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar
bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam
mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
c)
Siswa dipasangkan.
d)
Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang
kedua menerima bagian yang kedua.
e)
Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing.
f)
Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa
kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa
disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
g)
Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan
pasangan masing-masing.
h)
Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan
sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum
dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan
kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah
membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang
terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang
kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
i)
Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang
sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar,
melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan
mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk
membacakan hasil karangan mereka.
j)
Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada
masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
k)
Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran
hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
21. Bamboo Dancing
Pembelajaran
dengan metode bamboo dancing sangat baik digunakan untuk mengajarkan berkaitan
informasi - informasi awal guna mempelajari materi selanjutnya. Dengan
menggunakan metode bamboo dancing diharapkan terjadi pemerataan informasi atau
topik yang diketahui oleh siswa. Metode bamboo dancing tentunya sangat
bermanfaat guna pembelajaran di kelas agar lebih variatif sehingga tidak
membosankan siswa.Adapun langkah-langkah metode pembelajaran bamboo dancing
adalah sebagai berikut :
a)
Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oelh guru. Pada tahap ini guru
dapat menuliskan topik atau melakukan tanya jawab kepada siswa berkaitan dengan
pengetahuan peserta didik tentang topik yang diberikan. Langkah ini perlu
dilakukan agar siswa lebih siap menghadapi materi yang baru.
b)
Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Misalkan jika dalam kelas terdapat
40 anak , maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.
c)
Pada kelompok besar 20 orang, kemudian dibagi menjadi dua kelompok
masing-masing 10 orang diatur yang saling berhadap-hadapan dengan 10
orang yang lainnya, dengan posisi berdiri. Pasangan ini disebut dengan pasangan
awal.
d)
kemudian guru
membagiakn topik yang berbeda-beda kepada masing-masing pasangan untuk
didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi waktu yang cukup agar materi yang
didiskusikan benar-benar dipahami siswa.
e)
Usai berdiskusi , 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang yang
berdiri berjajar saling berhadapa itu bergeser mengikuti arah jarum jam .
Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan saling
berbagi informasi yang berbeda, demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum
jam baru berhenti ketika peserta didik kembali ke tempat asalnya. Gerakan
saling bergeser dan berbagai informasi inilah menyerupai gerakan pohon
bamboo yang menari-nari.
f)
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada
seluruh kelas. Guru memfalitasi terjadinya intersubyektif, dialog
interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Melalui kegaiatan ini dimaksudkan agar
pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar dapat diobyektifkan dan
menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
22. Kancing
Gemerincing
Langkah-langkah
pembelajaran tipe ini adalah :
a)
Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing.
b)
Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing.
c)
Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu
kancingnya.
d)
Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai kancing
semua rekannya habis.
2.3 MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk
mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis
yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL
Fase 1:
Mengorientasikan mahasiswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa
terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2:
Fase 2:
Mengorganisasi
mahasiswa untuk belajar Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3:
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok Mendorong mahasiswa mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan
dan pemecahan
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu mahasiswa merencanakan dan menyi-apkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Fase 5:
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu mahasiswa melakukan refleksi
terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya
pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Model pembelajaran
langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan
lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas
informasi materi ajar.
Adapun Ciri-ciri
pembelajaran langsung yaitu
:
§
Adanya tujuan pembelajaran
§
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
§
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pembelajaran.
Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.
Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson &
Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
(R.rosnawati.pdf
model model pembelajaran matematika) di akses 30 mei 2016 16:00 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)